
DARI BUKIT KE BILIK SUARA : GAUNG DEMOKRASI DI DESA WENDEWA UTARA
Mamboro, Sumba Tengah – Pagi belum terlalu tinggi ketika langkah kaki mulai memadati jalan-jalan tanah di Desa Wendewa Utara. Kabut tipis masih menggantung di antara sabana, namun semangat warga menembus dinginnya udara. Anak-anak muda berjalan berdampingan dengan para orang tua, menuju Tempat Pemungutan Suara dengan wajah penuh harapan.
Di Pilkada tahun 2024 ini, warga desa Wendewa Utara tak sekadar mencoblos. Desa kecil di utara Kecamatan Mamboro ini menunjukkan bahwa demokrasi tak hanya hidup di kota-kota besar. Dari sekitar 1652 warga yang terdaftar sebagai pemilih, lebih dari 1500 datang dan menyuarakan pilihan mereka. Sebuah lonjakan kehadiran yang jarang terlihat dalam beberapa pemilu terakhir.
“Kami datang bukan karena disuruh, tapi karena kami sadar, suara dari desa juga bisa mengguncang perubahan,” ucap H. Pua Djombu, seorang tokoh adat yang sejak dini hari sudah mendampingi warga menuju TPS.
Antusiasme itu tidak tumbuh begitu saja. Sejak sebulan sebelum hari-H, Panitia Pemungutan Suara (PPS) desa Wendewa Utara melakukan pendekatan yang jarang dilakukan: mereka mengetuk satu per satu pintu rumah warga, menjelaskan pentingnya mencoblos, bahkan memperagakan cara memilih dengan surat suara tiruan.
“Kami tidak ingin ada yang datang lalu bingung. Jadi kami datangi warga, bercerita dalam bahasa mereka, dengan cara mereka,” tutur Hasanudin, anggota PPS yang juga guru SD setempat.
Suasana partisipatif ini semakin hangat dengan kehadiran para pemuda desa. Mereka bukan sekadar penonton, melainkan penggerak. Ada yang menjadi penerjemah untuk warga lansia, ada pula yang bertugas menjaga ketertiban antrean.
“Kami ingin tunjukkan, pemuda desa juga bisa jadi penjaga demokrasi,” kata Adrian, mahasiswa yang sedang pulang kampung dan turut menjadi relawan.
Hadijah Said, seorang ibu rumah tangga yang dulu enggan datang ke TPS, kini berdiri tegak setelah mencoblos. “Kalau dulu saya pikir suara saya sia-sia, sekarang saya tahu, satu suara bisa bantu ubah nasib kampung ini,” katanya sambil tersenyum.
Meski akses ke lokasi masih menantang dan informasi tentang para calon terbatas, semangat partisipasi di desa Wendewa Utara menyalakan optimisme baru. Di balik bukit-bukit sunyi dan ladang-ladang luas, suara rakyat kini menggema lebih nyaring.
Wendewa Utara mungkin hanya titik kecil di peta Indonesia, namun hari itu, ia menjadi pusat semangat demokrasi yang sesungguhnya: datang dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk masa depan mereka sendiri.
Oleh : Akbar Abbas Abdullah
Divisi : Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia